Selasa, Agustus 17, 2010

MENGENAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Oleh : SUPRIHATIN

Pada umunnya orang menyebut “ orang cacat “ dan sekolahnya di SLB. Benarkah di SLB semua orang cacat ? inilah pertanyaan yang selalu menggelitik telinga para pendidik di SLB ,bila masyarakat ingin tahu baiklah saya akan paparkan tentang pelayanan yang diselenggarakan di SLB pada umunnya.

Secara garis besar yang ditangani di SLB antara lain anak-anak yang:

1.Tuna Netra : kelainan/gangguan pada penglihatannya.

2.Tuna Rungu : kelainan /gangguan pada pendengarannya.

3.Tuna Daksa : kelainan pada fisik .

4. Tuna Graita : kelainan /gangguan pada otak ( IQ ).

5. Tuna Laras : gangguan pada tingkat sosialnya.

6. Tuna Ganda :campuran diantara kelainan.

7. Lambat Belajar.

8. Autis.

9. Putus Sekolah.

10. Korban Narkoba.

11. Korban Perkosaan.

12. Anak berbakat

Kemudian model pelayanan khusus yang diberikan tentunya masing-masing berbeda.

Sebagai contoh

1 .ANAK TUNA NETRA

Titik berat pelayanannya adalah pada tulisan karena tidak melihat,

Maka pelayanan khusus yang diberikan adalah bentuk tulisan timbul namanya BRAILLE.

2.ANAK TUNA RUNGU

Karena indra pendengarannya yang mengalami gangguan.biasanya pemahaman tentang konsep tidak nyambung/ tidak pas,untuk itu dalam pendidikannya dibantu dengan bahasa ISYARAT dan ARTIKULASI

Inilah bentuk pelayanan khusus yang diberikan agar persepsi masyarakat tidak salah,dan mau memberi informasi bahwa pendidikan di SLB lebih luas layanannya dan siswanyapun mampu berkompetisi di Tingkat NASIONAL.

JENJANG PENDIDIKAN DI SLB

SLB dapat menyelenggarakan beberapa jenjang pendidikan dari:

1. TKLB

2. SDLB

3. SMPLB

4. SMALB

Demikian paparan tentang DUNIA ke PLB an semoga dapat bermanfaat dan menambah pemahaman dan wawasan , penulis berharap smoga para orang tua yang mempunyai anak dengan kriteria diatas mau menggunakan fasilitas tsb.Karena UUD 45 pasal 31 (1) sudah jelas,bahwa “ Tiap Warga Negara Berhak mendapat Pengajaran.

Penulis adalah Guru SDLB Waborobo Kota Bau-Bau

Sabtu, Mei 22, 2010

PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN


Penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistematik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, Pemerintah, dan masyarakat untuk menaikan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan.

1. Paradigma Penjaminan Mutu Pendidikan:
a. Pendidikan untuk semua yang bersifat inklusif dan tidak mendiskriminasi peserta didik atas dasar latar belakang apa pun.
b. Pembelajaran sepanjang hayat berpusat pada peserta didik yang memperlakukan, memfasilitasi, dan mendorong peserta didik menjadi insan pembelajar mandiri yang kreatif, inovatif, dan berkewirausahaan.
c. pendidikan untuk perkembangan, pengembangan, dan/atau pembangunan berkelanjutan (education for sustainable development), yaitu pendidikan yang mampu mengembangkan peserta didik menjadi rahmat bagi sekalian alam.
.
2. Tujuan Penjaminan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
Tujuan akhir penjaminan mutu pendidikan adalah tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dicapai melalui penerapan SPMP.
Tujuan antara penjaminan mutu pendidikan adalah terbangunnya SPMP termasuk:
a. terbangunnya budaya mutu pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal;
b. pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan proporsional dalam penjaminan mutu pendidikan formal dan/atau nonformal pada satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah;
c. ditetapkannya secara nasional acuan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan formal dan/atau nonformal;
d. terpetakannya secara nasional mutu pendidikan formal dan nonformal yang dirinci menurut provinsi, kabupaten atau kota, dan satuan atau program pendidikan; serta
e. terbangunnya sistem informasi mutu pendidikan formal dan nonformal berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang andal, terpadu, dan tersambung yang menghubungkan satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan Pemerintah.
.
3. Prinsip Penjaminan Mutu Pendidikan:
a. Keberlanjutan.
b. Terencana dan sistematis, dengan kerangka waktu dan target-target capaian mutu yang jelas dan terukur dalam penjaminan mutu pendidikan formal dan nonformal;
c. Menghormati otonomi satuan pendidikan formal dan nonformal;
d. Memfasilitasi pembelajaran informal masyarakat berkelanjutan dengan regulasi negara yang seminimal mungkin;
e. SPMP merupakan sistem terbuka yang terus disempurnakan secara berkelanjutan.
.
4. Cakupan Penjaminan Mutu Pendidikan
Tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa mengacu pada mutu kehidupan manusia dan bangsa Indonesia yang komprehensif dan seimbang yang mencakup sekurang-kurangnya:
a. Mutu keimanan, ketakwaan, akhlak, budi pekerti, dan kepribadian.
b. Kompetensi intelektual, estetik, psikomotorik, kinestetik, vokasional, serta kompetensi kemanusiaan lainnya sesuai dengan bakat, potensi, dan minat masing-masing.
c. Muatan dan tingkat kecanggihan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang mewarnai dan memfasilitasi kehidupan.
d. Kreativitas dan inovasi dalam menjalani kehidupan.
e. Tingkat kemandirian serta daya saing.
f. Kemampuan untuk menjamin keberlanjutan diri dan lingkungannya.
.
5. Penjaminan mutu pendidikan meliputi:
a. Penjaminan mutu pendidikan formal.
b. Penjaminan mutu pendidikan nonformal.
c. Penjaminan mutu pendidikan informal.


Minggu, Desember 06, 2009

DINAMIKA GURU KOTA BAUBAU DALAM PUSARAN ARUS TEKNOLOGI INFORMASI

Oleh : H. Sahaluddin Rachim

Pendidikan Kota Baubau dalam serbuan IT

Arus teknologi informasi (IT) yang menyerbu pendidikan kota Baubau saat ini, disikapi guru dan siswa dengan peningkatan kapabilitas. Internetisasi sekolah-sekolah berdampak pada kesibukan guru dan siswa untuk melakukan pembuatan e-mail, latihan pemanfaatan e-learning, mendownload buku digital murah di jardiknas, eksploitasi ke-facebook, membuat blog atau website sekolah, desain situs, menjelajahi pustaka-maya, membentuk group geogle, memasuki group mgmp-kota-baubau@googlegroups.com, melakukan interelasi ke komunitas guru dan siswa nasional dan internasional dll.

Dalam aplikasi mengajar berbasis IT, sejumlah guru mulai akrab dan tertarik menggunakan software-software IT yang didesain untuk pembelajaran seperti : Encarta Kids, Crocodile Chemistry, Crocodile Mathematics, Crocodile Physica, Encarta Dictionaries, Britannica
Ensclopedi, Yenka, Leaning Esential For Student, Microsof Student With Encarta, Britannica Student And Home Edition, CD-CD interaktif Microsof, Quran Digital, Transtool, Hotpotatoes dll.

Untuk keperluan presentase bahan ajar berbasis IT, sudah banyak guru yang memiliki personal laptop, LCD Proyektor, camera digital, scanner dll. Sementara itu cara-cara membuat animasi pembelajaran, pelatihan aplikasi power point 3 dimensi dengan menghasilkan animasi animasi menarik dalam pembelajaran, merupakan kesibukan harian guru guru sertifikasi akhir akhir ini.

Inilah hari-hari dimana IT semakin mewarnai gaya kehidupan kita. Undangan rapat, permintaan dan pengiriman data, menggunakan jasa sms-blok dan e-mail. Trasnfer uang menggunakan sms banking, e-banking dan internet banking, transaksi sudah lewat kredit card dan ATM, serta penyimpanan dokumen pribadi lewat flash-disk, external hard-disk. Semua loncatan kwantum ini membuktikan betapa IT telah menyeret kita kepersoalan-persoalan formal dan personal.

Di sudut sudut kota Baubau mulai menjamur hotspot dan warnet. Di hotspot pantai Kamali Baubau misalnya, sambil menikmati minum sarabba-pisgor dan di bawah hembusan angin laut yang sejuk, guru guru mendowload kedalam laptopnya berbagai bahan pelajaran disitus situs internet. Beberapa kepala sekolah mulai menganjurkan guru gurunya, terutama yang sudah menerima dana sertifikasi untuk memiliki personal laptop, untuk kemudian membiasakan diri mengaplikasi IT. Kehebatan lain dari pendidikan kota Baubau dalam dunia IT ini ialah, semua SMP dan SMA sudah memiliki Lab. Komputer. Bahkan baru baru ini seorang siswa salah satu SMA kota Baubau mewakili Sultra dalam lomba komputer tingkat nasional.

Sikap plus-minus guru seputar IT

Ada dua pola cara berpikir guru dalam menyikapi kehadiran IT.
Pertama, cara berpikir deduktif yaitu guru menunggu dulu ada masaalah dalam pembelajarannya baru mencari solusi dengan IT. Apabila cara berpikir seperti ini yang mengemuka, maka kehadiran IT tidak akan membawa perubahan radikal pada pembelajaran guru ybs. Karena pola seperti ini tidak responsif pada kehadiran IT. Kedua, cara berpikir induktif, yaitu guru dengan kemauan dan kesadaran yang kuat ( awarennes) mau belajar untuk akrab dulu menggunakan IT ini. Setelah melakukan pendalaman IT, maka guru akan mulai mendapatkan cakrawala yang seluas luasnya bagaimana lika-likunya IT. Pada kondisi seperti ini, banyak guru guru kita yang mulai melihat terang benderang betapa banyak masaalah dalam pembelajaran yang bisa dipecahkan oleh IT. Dalam e-leraning misalnya, dari pembelajaran diruang kelas, kini pembelajaran berlangsung menjadi dimana dan kapan saja tetapi tetap berada dalam jaringan hotline pengawasan guru. Lalu IT kemudian mulai dirasakan sebagai sebuah kebutuhan dalam kehidupan. Bagi guru seperti ini, manfaat IT bukan lagi cuma sekedar kebutuhan pembelajaran, tapi sudah merambah kemasaalah kwalitas personal, misalnya kegiatan bisnis, kwalitas pergaulan dan kapasitas keprofesionalan. Bayangkan seorang GTT IPA di kota Baubau setelah membuka les privat dengan aplikasi pembelajaran IT, ternyata animo siswa yang ikut less-privat yang dibuka oleh guru ini begitu besar, sehingga guru itu bisa mendapatkan pemasukan lebih kurang Rp. 3 juta perbulan.

Perlu diketahui bahwa ternyata banyak hal yang tidak dipelajari dalam kurikulum sekolah, tapi siswa belajar autodidak lewat IT. Ambil contoh misalnya desain grafis, autocat, correldraw, photostudio, CD interaktif microsoft dll adalah keterampilan keterampilan IT yang extra-kurikulum yang terproses dikoridor luar sistim pelajaran muatan kurikulum, tapi mampu memberikan life skill buat siswa.

Karena itu banyak guru kita yang setelah bergelut dengan IT mulai sadar bahwa bahwa IT sebenarnya bukan untuk menggantikan pola mengajar konvensional yang kita operasikan selama ini. IT mensubtitusi momentum pola konvensional menjadi lebih cepat dan berkwalitas. Nanti setelah itu, guru baru akan menemukan rekayasa rekayasa baru dalam memudahkan penyampaian bahan ajar ke siswanya lewat aplikasi IT.

Bukan hanya dalam pembelajaran, tapi pemeriksaan hasil uji coba UN, pengisian format penilaian kurikulum, penilaian akreditasi sekolah, penilaian supervisi guru, penilaian kinerja sekolah dll semua menjadi mudah jika menggunakan format digital IT. Dalam isian ini dengan menginput variabel nilai dari indikator yang ada, langsung keluar hasil kwantitif maupun kwalikasi akhir yang dibutuhkan.

Bahwa IT bisa membuat momentum PBM lebih cepat dan berkwalitas. Misalnya, perilaku mengajar seorang guru IPS berubah setelah mendalami IT. Tadinya setiap akan mengajar dia harus menggontong peta ke ruang-ruang kelas. Bahkan sebelum menggontong peta itu, dia disibukkan dulu dengan bolak balik mencari peta sesuai RPPnya. Bayangkan peta itu ditumpukan puluhan gulung di gudang sekolah. Pekerjaan manual ini butuh waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Tapi dengan menggunakan software Encarta Microssof guru hanya cukup mengklip Word Mapping kemudian meng-search jenis peta yang diinginkan. Dengan sekali enter peta yang dimaksud sudah terdisplay di sorotan layar. Proses nikmat ini hanya butuh waktu tidak lebih 60 detik. Ternyata dalam peta Encarta ini berbagai menu fantastis bisa ditampilkan, sesuatu yang tidak ada pada peta manual. Menu-menu itu misalnya untuk peta negara tersedia rekaman lagu kebangsaannya, bendera, foto foto ibu kota, attitude (koordinat tiap tempat), distance (jarak) dll. Dalam peta manual, untuk menghitung dua titik dimuka bumi harus menggunakan ukuran mistar untuk kemudian dikonversi jarak berdasarkan skala-peta. Tapi pada peta digital Encarta, hanya mengklip menu distance kemudian menjalankan krusor, jarak jarak itu sudah terdisplay di layar proyektor secara otomatis dalam skala mil.

Kesimpulan dan saran

Pertama, walaupun tidak setiap perubahan menghasilkan kemajuan, tapi kemajuan sudah pasti hanya bisa dicapai jika ada perubahan (change). Untuk melek IT dibutuhkan reformasi kultural untuk perubahan cara pikir dan perilaku dari-diri guru. Tak perduli berapa jauh jalan yang harus ditempuh, tapi sebaiknya putar arah sekarang juga untuk melaju bersama IT, sebelum ketinggalan kereta dalam kwalitas penyajian dan pengetahuan pembelajaran serta ketinggalan dalam kwalitas pergaulan.

Kedua, ternyata dalam IT sebenarnya yang dibutuhkan bukan hanya manfaat IT untuk meningkatkan apa yang telah dikerjakan guru, tetapi yang paling penting ialah bagaimaana guru menggunakan kemampuan IT ini untuk mengerjakan apa yang belum dikerjakan dan menemukan apa yang belum ditemukan. Dan jika kita masuk kedalam rimba ruang-ruang detail
IT, ternyata variabel variaabel rekayasa baru untuk mendisplay pembelajaran dll banyak yang bisa dimanupulatif menjadi lebih muda dan ringan. IT telah memutar bola dunia menjadi kecil, apa kita ingin jadi penonton atau pemain? Hanya ada satu pilihan harus menjadi pemain, karena kalau memilih jadi penonton kita akan tergilas oleh roda roda zaman.

Who's master communication technology, he will become ruler of the world

Penulis,
Peserta Pelatihan Aplikasi IT Untuk Pembelajaran
Dipenmudora Kota Baubau