Minggu, Desember 06, 2009

DINAMIKA GURU KOTA BAUBAU DALAM PUSARAN ARUS TEKNOLOGI INFORMASI

Oleh : H. Sahaluddin Rachim

Pendidikan Kota Baubau dalam serbuan IT

Arus teknologi informasi (IT) yang menyerbu pendidikan kota Baubau saat ini, disikapi guru dan siswa dengan peningkatan kapabilitas. Internetisasi sekolah-sekolah berdampak pada kesibukan guru dan siswa untuk melakukan pembuatan e-mail, latihan pemanfaatan e-learning, mendownload buku digital murah di jardiknas, eksploitasi ke-facebook, membuat blog atau website sekolah, desain situs, menjelajahi pustaka-maya, membentuk group geogle, memasuki group mgmp-kota-baubau@googlegroups.com, melakukan interelasi ke komunitas guru dan siswa nasional dan internasional dll.

Dalam aplikasi mengajar berbasis IT, sejumlah guru mulai akrab dan tertarik menggunakan software-software IT yang didesain untuk pembelajaran seperti : Encarta Kids, Crocodile Chemistry, Crocodile Mathematics, Crocodile Physica, Encarta Dictionaries, Britannica
Ensclopedi, Yenka, Leaning Esential For Student, Microsof Student With Encarta, Britannica Student And Home Edition, CD-CD interaktif Microsof, Quran Digital, Transtool, Hotpotatoes dll.

Untuk keperluan presentase bahan ajar berbasis IT, sudah banyak guru yang memiliki personal laptop, LCD Proyektor, camera digital, scanner dll. Sementara itu cara-cara membuat animasi pembelajaran, pelatihan aplikasi power point 3 dimensi dengan menghasilkan animasi animasi menarik dalam pembelajaran, merupakan kesibukan harian guru guru sertifikasi akhir akhir ini.

Inilah hari-hari dimana IT semakin mewarnai gaya kehidupan kita. Undangan rapat, permintaan dan pengiriman data, menggunakan jasa sms-blok dan e-mail. Trasnfer uang menggunakan sms banking, e-banking dan internet banking, transaksi sudah lewat kredit card dan ATM, serta penyimpanan dokumen pribadi lewat flash-disk, external hard-disk. Semua loncatan kwantum ini membuktikan betapa IT telah menyeret kita kepersoalan-persoalan formal dan personal.

Di sudut sudut kota Baubau mulai menjamur hotspot dan warnet. Di hotspot pantai Kamali Baubau misalnya, sambil menikmati minum sarabba-pisgor dan di bawah hembusan angin laut yang sejuk, guru guru mendowload kedalam laptopnya berbagai bahan pelajaran disitus situs internet. Beberapa kepala sekolah mulai menganjurkan guru gurunya, terutama yang sudah menerima dana sertifikasi untuk memiliki personal laptop, untuk kemudian membiasakan diri mengaplikasi IT. Kehebatan lain dari pendidikan kota Baubau dalam dunia IT ini ialah, semua SMP dan SMA sudah memiliki Lab. Komputer. Bahkan baru baru ini seorang siswa salah satu SMA kota Baubau mewakili Sultra dalam lomba komputer tingkat nasional.

Sikap plus-minus guru seputar IT

Ada dua pola cara berpikir guru dalam menyikapi kehadiran IT.
Pertama, cara berpikir deduktif yaitu guru menunggu dulu ada masaalah dalam pembelajarannya baru mencari solusi dengan IT. Apabila cara berpikir seperti ini yang mengemuka, maka kehadiran IT tidak akan membawa perubahan radikal pada pembelajaran guru ybs. Karena pola seperti ini tidak responsif pada kehadiran IT. Kedua, cara berpikir induktif, yaitu guru dengan kemauan dan kesadaran yang kuat ( awarennes) mau belajar untuk akrab dulu menggunakan IT ini. Setelah melakukan pendalaman IT, maka guru akan mulai mendapatkan cakrawala yang seluas luasnya bagaimana lika-likunya IT. Pada kondisi seperti ini, banyak guru guru kita yang mulai melihat terang benderang betapa banyak masaalah dalam pembelajaran yang bisa dipecahkan oleh IT. Dalam e-leraning misalnya, dari pembelajaran diruang kelas, kini pembelajaran berlangsung menjadi dimana dan kapan saja tetapi tetap berada dalam jaringan hotline pengawasan guru. Lalu IT kemudian mulai dirasakan sebagai sebuah kebutuhan dalam kehidupan. Bagi guru seperti ini, manfaat IT bukan lagi cuma sekedar kebutuhan pembelajaran, tapi sudah merambah kemasaalah kwalitas personal, misalnya kegiatan bisnis, kwalitas pergaulan dan kapasitas keprofesionalan. Bayangkan seorang GTT IPA di kota Baubau setelah membuka les privat dengan aplikasi pembelajaran IT, ternyata animo siswa yang ikut less-privat yang dibuka oleh guru ini begitu besar, sehingga guru itu bisa mendapatkan pemasukan lebih kurang Rp. 3 juta perbulan.

Perlu diketahui bahwa ternyata banyak hal yang tidak dipelajari dalam kurikulum sekolah, tapi siswa belajar autodidak lewat IT. Ambil contoh misalnya desain grafis, autocat, correldraw, photostudio, CD interaktif microsoft dll adalah keterampilan keterampilan IT yang extra-kurikulum yang terproses dikoridor luar sistim pelajaran muatan kurikulum, tapi mampu memberikan life skill buat siswa.

Karena itu banyak guru kita yang setelah bergelut dengan IT mulai sadar bahwa bahwa IT sebenarnya bukan untuk menggantikan pola mengajar konvensional yang kita operasikan selama ini. IT mensubtitusi momentum pola konvensional menjadi lebih cepat dan berkwalitas. Nanti setelah itu, guru baru akan menemukan rekayasa rekayasa baru dalam memudahkan penyampaian bahan ajar ke siswanya lewat aplikasi IT.

Bukan hanya dalam pembelajaran, tapi pemeriksaan hasil uji coba UN, pengisian format penilaian kurikulum, penilaian akreditasi sekolah, penilaian supervisi guru, penilaian kinerja sekolah dll semua menjadi mudah jika menggunakan format digital IT. Dalam isian ini dengan menginput variabel nilai dari indikator yang ada, langsung keluar hasil kwantitif maupun kwalikasi akhir yang dibutuhkan.

Bahwa IT bisa membuat momentum PBM lebih cepat dan berkwalitas. Misalnya, perilaku mengajar seorang guru IPS berubah setelah mendalami IT. Tadinya setiap akan mengajar dia harus menggontong peta ke ruang-ruang kelas. Bahkan sebelum menggontong peta itu, dia disibukkan dulu dengan bolak balik mencari peta sesuai RPPnya. Bayangkan peta itu ditumpukan puluhan gulung di gudang sekolah. Pekerjaan manual ini butuh waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Tapi dengan menggunakan software Encarta Microssof guru hanya cukup mengklip Word Mapping kemudian meng-search jenis peta yang diinginkan. Dengan sekali enter peta yang dimaksud sudah terdisplay di sorotan layar. Proses nikmat ini hanya butuh waktu tidak lebih 60 detik. Ternyata dalam peta Encarta ini berbagai menu fantastis bisa ditampilkan, sesuatu yang tidak ada pada peta manual. Menu-menu itu misalnya untuk peta negara tersedia rekaman lagu kebangsaannya, bendera, foto foto ibu kota, attitude (koordinat tiap tempat), distance (jarak) dll. Dalam peta manual, untuk menghitung dua titik dimuka bumi harus menggunakan ukuran mistar untuk kemudian dikonversi jarak berdasarkan skala-peta. Tapi pada peta digital Encarta, hanya mengklip menu distance kemudian menjalankan krusor, jarak jarak itu sudah terdisplay di layar proyektor secara otomatis dalam skala mil.

Kesimpulan dan saran

Pertama, walaupun tidak setiap perubahan menghasilkan kemajuan, tapi kemajuan sudah pasti hanya bisa dicapai jika ada perubahan (change). Untuk melek IT dibutuhkan reformasi kultural untuk perubahan cara pikir dan perilaku dari-diri guru. Tak perduli berapa jauh jalan yang harus ditempuh, tapi sebaiknya putar arah sekarang juga untuk melaju bersama IT, sebelum ketinggalan kereta dalam kwalitas penyajian dan pengetahuan pembelajaran serta ketinggalan dalam kwalitas pergaulan.

Kedua, ternyata dalam IT sebenarnya yang dibutuhkan bukan hanya manfaat IT untuk meningkatkan apa yang telah dikerjakan guru, tetapi yang paling penting ialah bagaimaana guru menggunakan kemampuan IT ini untuk mengerjakan apa yang belum dikerjakan dan menemukan apa yang belum ditemukan. Dan jika kita masuk kedalam rimba ruang-ruang detail
IT, ternyata variabel variaabel rekayasa baru untuk mendisplay pembelajaran dll banyak yang bisa dimanupulatif menjadi lebih muda dan ringan. IT telah memutar bola dunia menjadi kecil, apa kita ingin jadi penonton atau pemain? Hanya ada satu pilihan harus menjadi pemain, karena kalau memilih jadi penonton kita akan tergilas oleh roda roda zaman.

Who's master communication technology, he will become ruler of the world

Penulis,
Peserta Pelatihan Aplikasi IT Untuk Pembelajaran
Dipenmudora Kota Baubau

Sabtu, Agustus 08, 2009

Materi Diskusi Awal Bulan Nopember 2009

Materi diskusi temu darat awal Oktober 2009 tidak sempat dilaksanakan karena kesibukan Tim Jardiknas Kota Bau-Bau mempersiapkan Laboratorium Komputer menghadapi palaksanaan pelatihan yang akan diadakan oleh SEAMOLEC bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bau-Bau tanggal 5 Oktober 2009 mendatang. Sementara temu darat pada setiap awal bulan sebelumnya tidak terlaksana sesuai harapan, semua itu karena kesibukan masing-masing dalam pelaksanaan tugas pokok yang semakin hari semakin menuntut profesionalitas kita. Namun demikian pengetahuan tentang internet dan pemanfaatannya dalam pelaksanaan tugas kita mulai saat ini sudah menjadi keharusan kalau kita tidak ingin tertinggal dari yang lain.

Kami sadari bahwa setelah internet jardiknas ini terkoneksi ke sekolah bahkan langsung ke laptop masing-masing guru, fasilitas ini sudah dimanfaatkan sebagai referensi dalam memperkaya pengetahuan untuk mendukung pelaksanaan tugasnya. Temu darat setiap awal bulan yang diselenggarakan Tim Jardiknas Kota Bau-Bau adalah sekedar silaturahmi berbagi pengalaman setelah sebulan kita menjelajah di internet.

Dalam berselancar di internet jutaan situs kita temui, banyak pengetahuan yang kita dapat, ada yang baik ada jelek untuk itu perlu kita sering tatap muka untuk bersama menentukan arah pemanfaatan jardiknas ini agar lebih fungsional sesuai tujuannya.

Tim Jardiknas Kota Bau-Bau terdiri dari masing-masing satu orang Penanggung Jawab, Koordinator, Tekhnisi dan Helpdeks, mereka semua adalah pemula dalam dunia internet, mereka diberi amanah ini karena tertkait dengan tugas dan fungsinya dalam struktur organisasi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bau-Bau, oleh sebab itu anggota tim ini selalu berusaha belajar dan belajar dari orang lain termasuk belajar dari bapak dan ibu guru.

Untuk bahan diskusi kita pada pertemuan tatap muka awal bulan Nopember 2009 kami tawarkan materi Pemanfaatan Konten Jardiknas dan Materi Pelatihan Jardiknas dan TIK Tingkat Nasional serta pemantapan hasil Pelatihan Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi kerja sama SEAMOLEC dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bau-Bau yang dilaksanan tanggal 5 - 9 Oktober 2009 di Kota Bau-Bau.

Silahkan dipelajarari isinya, kalau ada yang menarik atau masalah yang perlu diinformasikan ke teman lain silahkan kirimkan melalui Forum disikusi pada halaman (gadget) berikutnya.

Akhirnya terima kasih atas partisipasinya dan jumpa lagi pada temu darat hari Ahad pada awal bulan Nopember 2009.

Terima Kasih.

Rabu, Mei 20, 2009

Diskusi Awal Bulan Juni 2009

Banyak guru memiliki kemampuan membuat karya tulis yang rendah. Data kepegawaian menunjukkan banyak guru yang karirnya terhenti di golongan IV A, karena salah satu persyaratan naik ke golongan IV B adalah mampu membuat karya tulis. Menurut Badan Kepegawaian Nasional (2005) jumlah guru golongan IV A 334.184 dan hanya 2.318 orang guru yang bisa naik ke golongan IV B.

Kondisi ini sangat memprihatinkan, apalagi di masa depan akan diusulkan agar penulisan karya tulis ilmiah ini dipersyaratkan pada kenaikan golongan dari III B menjadi III C, dimana guru dipandang masih memiliki semangat tinggi untuk membuat karya tulis ilmiah. Usulan ini akan disampaikan melalui Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara yang baru tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Di sisi lain, teknologi internet yang berkembang pesat telah memungkinkan orang kini dengan mudah membuat blog sebagai website pribadi di dunia maya. Guru juga perlu memanfaatkan blog sebagai sarana berlatih menulis karena kemudahan proses pembuatan dan pengelolaannya. Disamping itu blog juga diperlukan sebagai sarana berinteraksi guru dengan muridnya, atupun antar sesama guru dimana guru bisa saling berbagi informasi,pengetahuan, metode pengajaran, dan lain-lain, sehingga guru bisa saling belajar dengan teman sejawatnya di seluruh dunia.Apalagi sekolah dan kelas dengan banyak siswa di dalamnya adalah tempat dimana banyak terjadi peristiwa unik yang bisa menjadi bahan tulisan menarik oleh guru. Dengan memiliki blog sendiri serta terbiasa menulis di internet, maka lambat laun, budaya menulis di kalangan guru akan terbangun dengan sendirinya. Guru akan mampu membuat karya tulis ilmiah, membuat buku ajar, menulis untuk media massa, menulis untuk jurnal ilmiah, dan sebagainya. Tidak ada lagi guru terhalang kenaikan pangkat dan jabatannya hanya karena ketidakmampuan membuat sebuah karya tulis ilmiah.

Untuk membantu para guru meningkatkan ketrampilan menulis sekaligus memiliki blog yang profesional, "Tim ICT Kota Bau-Bau" akan mengadakan kegiatan Diskusi Awal Bulan “Pembuatan Blog Pendidikan Menumbuhkan Budaya Guru Menulis Di Internet”.

Hadiri Undangan Kami.
Tim ICT Kota Bau-Bau.

Kamis, April 30, 2009

Peran guru dan sekolah

Peran guru dan sekolah bagi anak didik bersifat unik. Unik karena mereka tidak bisa menggeneralisasi kebutuhan anak didik dalam cara, bentuk, dan ukuran yang sama. Idealnya sebuah sekolah, menurut Stoll (1996), mampu memberikan pelayanan optimal kepada anak didiknya. Ia juga diharapkan dapat menjamin bahwa setiap peserta didik mampu mencapai standar optimal yang bisa mereka raih.

Sekolah pun bertanggung jawab agar seluruh aspek dalam diri peserta didik, baik terkait hal akademik maupun di luar akademik, agar berkembang secara penuh, dan itu hanya mungkin terjadi jika sekolah terus-menerus menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi setiap anak didiknya.

Tantangan pengajaran dan pembelajaran saat ini, kata guru Matematika, telah berubah 180 derajat. Perkembangan teknologi informasi, perubahan struktur masyarakat, dan maju pesatnya pengetahuan, serta munculnya teori pembelajaran baru telah mengubah hal yang esensi dari tugas pokok seorang guru.

Ia bukan lagi ”aktor” di kelas, dengan kekuasaannya dan pengetahuannya, yang mengatur apa pun yang terjadi di kelas. Guru bukan lagi ”sumur kang lumaku tinimba”, sumber dan mata air satu-satunya dalam pembelajaran di kelas. Sekarang, justru siswa yang menjadi pusat pembelajaran. Peran guru lebih menjadi fasilitator bukan orator, yang hanya bisa memerintah anak didiknya melakukan ini atau itu. Ia juga lebih menjadi motivator dan bukan eksekutor.

Setiap anak memiliki beragam kekhasan dan keunikan. Dalam belajar, ia menggunakan dari yang visual, audio, sampai kinestetik. Gardner juga mengingatkan adanya multikecerdasan pada setiap anak mulai bersifat logis-matematis, linguistik, musik, sampai intrapersonal.

Kita mengetahui pula taksonomi Bloom, dengan enam fase akusisi pengetahuannya. Kohlberg dengan tahapan perkembangan moralnya. Perkembangan usia pada diri anak sejak usia taman bermain sampai dewasa ternyata memiliki karakteristik perkembangan sosial, moral, emosional, dan kognitif yang harus disadari guru.

Semua itu tentu saja menuntut sebuah peran baru, unik, tetapi juga tidak ”gampang” dari seorang guru. Ia mengandaikan seorang guru yang ”khas”, guru memahami konteks luas itu, terampil dan kreatif dalam pendekatan mengajar, mampu memahami dan memfasilitasi keberbedaan pada diri tiap anak.

Peran itu tidak akan mungkin dijalankan seorang guru ketika mereka sendiri tidak mau menyiapkan diri, belajar terus-menerus, dan mengembangkan diri ke arah tersebut. Seorang guru, dengan peran yang berbeda dibandingkan masa lampau, tetaplah ia memiliki pengaruh yang demikian besar bagi anak didik.

Guru adalah seorang pembelajar. Sebagai pembelajar, guru memiliki karakteristik belajar yang berbeda dibandingkan seorang anak. Ia adalah pembelajar yang dewasa (adult learner). Karakteristik belajarnya bersifat khas, misalnya, seorang guru mempunyai cara belajar mandiri, mereka senantiasa memanfaatkan atau mengaitkan dengan pengetahuan atau pemahaman yang mereka miliki sebelumnya.

Mereka belajar secara kontekstual, senantiasa harus menemukan kaitan yang dipelajari dengan situasi nyata dalam hidupnya. Model pembelajaran sifatnya pemecahan masalah (problem solving) lebih menarik dibandingkan yang teoretikal sifatnya. Seorang guru selalu fokus dengan tujuan (goal) daripada sekadar rutinitas yang tidak jelas arahnya.

Ia lebih tergerak oleh pendekatan atau cara pengajaran daripada sekadar isi yang diajarkan. Ia lebih tersentuh ketika disapa secara pribadi dan dihargai. Ia ingin kemanusiaan, kedewasaan, dan pengalamannya disentuh dan diperhatikan.

Suasana interaktif, berbagi pengalaman, dan apresiasi yang sifatnya positif akan lebih membuat mereka termotivasi dan lebih terbuka pada hal yang baru.

Ruang-ruang kreatif

Dalam pandangan saya setidaknya ada dua ruang yang dapat membuat guru mampu berkembang menjadi pribadi kreatif. Ruang itu bersifat internal (dalam dirinya sendiri), dan kedua sifatnya eksternal (lingkungan sekitarnya).

Dalam dirinya harus tertanam, dalam istilah Fullan (1993), jiwa inquiry. Ini merupakan proses tanpa henti dan berlangsung sepanjang hayat. Kegiatan paling esensial seorang guru yang berjiwa inquiry adalah bertanya, termasuk sejauh mana pengajarannya relevan atau tidak dengan kebutuhan anak didiknya.

Kebiasaannya untuk ”mempersoalkan dan menguji beragam hal” dilakukannya dalam beragam aktivitas pribadi seperti praktik reflektif, jurnal pribadi, penelitian tindakan, bekerja di bawah pengawasan, dan kerja sama dengan sejawat.

Faktor eksternal, tidak lain adalah lingkungan sekolah itu sendiri. Serangkaian penataran, seminar, pelatihan, atau kegiatan pengembangan edukatif bagi guru mempunyai tujuan yang menjulang tinggi dan mulia, tetapi acap kali kurang mengakomodasi beragam kepentingan dan cara belajar guru.

Yang terjadi, kegiatan itu menjadi semacam penataran P-4, pada Orde Baru, tetapi tanpa pernah mengubah apa pun. Ia kurang memfasilitasi apa yang menjadi ketertarikan (interest), kesiapan (readiness), dan karakteristik belajar guru (learning style) yang berbeda.

Beragam pembinaan lebih terkesan formalitas, proyek semata dan sekadar menghabiskan anggaran. Kegiatan yang seharusnya 6 hari dipadatkan menjadi 3 hari dengan uang saku sama jumlahnya. Hasilnya, guru merasa bosan, digurui, menolak, pesimistis, dan akhirnya justru menjadi tidak termotivasi belajar karena merasa menjadi obyek belaka.

Semua itu menjadi lengkap tatkala mereka tidak mengalami bentuk-bentuk kegiatan pendampingan di sekolah.

Guru kembali dalam tradisi lama pengajarannya bersama anak didiknya. Perubahan guru lebih bersifat artifisial, misalnya berapa jumlah sertifikat yang dimiliki guru itu daripada yang sifatnya incremental, yakni perubahan ”kebiasaan” yang dilakukan guru dalam meningkatkan efektivitas pembelajarannya.

Maka, peran pimpinan sekolah yang diharapkan adalah, bagaimana menciptakan lingkungan dan suasana agar dapat saling berbagi dan ”menularkan” pemahaman, pengetahuan, serta keterampilan guru kepada rekan lain. Dalam proses interaktif tersebut akan terjadi proses pemurnian pemahaman dan disekuilibrium atas pengetahuan yang dimilikinya.

Belajar melalui mengajar atau berbagi pengetahuan dengan rekan sesama guru, misalnya, selain meningkatkan pemahaman dan keterampilannya sendiri akan membuat apa yang dipelajarinya itu menjadi lebih mengendap, aktual, dan hidup. Proses guru mengadopsi pengetahuan tidak berhenti pada tataran akusisi belaka, tetapi masuk ranah internalisasi dan aktualisasi yang terjadi melalui proses interaktif yang terjadi bersama rekan guru lainnya.

Kreativitas mengandaikan proses berpikir tidak linier atau lateral dalam melihat sebuah kebenaran. Perbedaan cara pandang dan ketidaksepakatan harus dihargai dan dihormati. Tidak anggota komunitas pembelajar sekolah, jatuh dalam tafsir seperti ketidaksopanan, keanehan, inkonsistensi, dan ketidakseragaman dalam memandang perubahan dan kreativitas yang dilakukan gurunya.

Guru kreatif terkadang mengajar dalam bingkai eksplorasi dan ketidakjelasan. Ia lebih mencari esensialitas daripada rutinitas atas apa yang dipelajari bersama siswa. Ia akan tersenyum manakala siswa bertanya, ”Pak saya menemukan hal berbeda, tidak seperti yang bapak katakan atau teman saya temukan, mengapa?”

Diangkat dari Tulisan T. Gunawan Wibisono.

Minggu, April 05, 2009

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH DAN PEGAWAS BERPRESTASI


Pemilihan Kepala Sekolah dan Pengawas berprestasi bertujuan untuk :
(1) Meningkatkan harkat dan martabat Pengawas dan Kepala Sekolah sebagai Tenaga Kependidikan yang professional,(2)Meningkatkan “motivasi secara berkelanjutan bagi Pengawas dan Kepala Sekolah untuk terus belajar dan bekerja lebih cerdas”, (3)Memberikan pengakuan dan pengharagaan atas prestasi dalam memajukan sekolah yang dipimpin atau dibinanya, (4)Mendorong inovasi dan kreativitas dalam menciptakan suasana sekolah yang kondusif bagi pendidik, peserta didik dan tenaga kependidikan lainnya.

Pemilihan Pengawas dan Kepala Sekolah berprestasi ini sudah menjadi ajang rutin tahunan Depdiknas yang mengambil setting acara 17 Agustusan sebagai puncak kegiatan. Dengan demikian peserta yang meraih prestasi sampai ke tingkat nasional dapat mengikuti pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia di DPR RI dan mengikuti peringatan detik-detik Proklamasi dan Penurunan Bendera bersama Presiden, Wakil Presiden dan para pejabat lainnya di Istana Negara.

Pada tahun 2008 kepala sekolah dan pengawas berprestasi tingkat nasional mendapatkan pengembangan wawasan dari para pakar pendidikan nasional dan internasional juga menikmati rekreasi ke Dunia Fantasi, Sea World, dan Ancol. Puncaknya terpilih 12 Pengawas dan 12 Kepala Sekolah sebagai pemenang I, II, dan III masing-masing 4 orang yang mewakili Kepala Sekolah pada tingkat TK/SD, SMP, SMA/SMK dan PLB sama halnya dengan Kelompok Pengawas, pemenang I, II, dan III masing-masing 4 orang yang mewakili kelompok TK, SD, SMP, dan SMA/AMK. Untuk pemenang I mendapatkan hadiah sebesar Rp 50.000.000,- peenang II sebesar Rp 45.000.000,- pemenang III sebesar Rp 40.000.000,- Sedangkan untuk peserta yang tidak berhasil mendapatkan juara I, II, dan III diberikan hadiah sebesar Rp 10.000.000,- karena mereka telah berhasil masuk ke Jakarta untuk pemilihan tingkat nasional.

Untuk mencapai puncak level nasional seorang Pengawas dan/atau Kepala Sekolah harus melalui berbagai seleksi di setiap level organisasi pemerintahan seperti Kecamatan, Kabupaten/Kota, dan Propinsi.

Seleksi calon Pengawas dan Kepala Sekolah berprestasi Tahun 2009, Kota Bau-Bau sudah dipersiapkan mulai dengan sosialisasi yang dilaksanakan pada bulan Maret 2009 yang dihadiri oleh semua Kepala Sekolah, Pengawas dan Pejabat Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bau-Bau, selanjutnya mempersiapkan kepanitiaan yang melibatkan Pemda Kota Bau-Bau. Setelah terbit Surat Keputusan Walikota Bau-Bau tentang kepanitiaan ini pelaksanaan seleksi dimulai dan diharapkan awal bulan Mei 2009 sudah ada calon yang akan diutus untuk mengikuti seleksi tingkat Propinsi di Kendari.


Sasaran dan Persyaratan Pemilihan Pengawas Sekolah berprestasi Kota Bau-Bau semua Pengawas pada setiap jenjang TK, SD, SMP, SMA/SMK dan PLB se Kota Bau-Bau, masing-masing jenjang akan terpilih 1 orang untuk diutus mengikuti seleksi tingkat Propinsi di Kendari.

Persyaratan PesertaA. Persyaratan Umum.
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
3. Masa kerja sekurang-kurangnya 4(empat) tahun sebagai Pengawas Sekolah, khusus
Pengawas PLB sekurng-kurangnya 2(dua) tahun.
4. Sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat keterangan dokter.
5. Memiliki moralitas, kepribadian dan kelakuan yang baik.
6. Mempunyai prestasi kerja yang unggul.
7. Dapat dijadikan panutan oleh guru, kepala sekolah, teman sejawat, dan
masyarakat sekitar.
8. Memiliki komitmen dan tanggung jawab tinggi.
9. Belum pernah terkena hukuman disiplin pegawai.
10. Belum pernah menjadi juara pemilihan Pengawas Sekolah Berprestasi tingkat
propinsi dan nasional.

B. Persyaratan Khusus.
1. Memiliki kompetensi kepribadian.
2. Memiliki kompetensi supervise manajerial.
3. Memiliki kompetensi supervise akademik.
4. Memiliki kompetensi evalusi pendidikan.
5. Memiliki kompetensi penelitian pengembangan.
6. Memiliki kompetensi sosial.

Sasaran dan Persyaratan Pemilihan Kepala Sekolah berprestasi Kota Bau-Bau yaitu semua Kepala Sekolah pada setiap jenjang TK, SD, SMP, SMA/SMK dan PLB se Kota Bau-Bau, masing-masing jenjang akan terpilih 1 orang untuk diutus mengikuti seleksi tingkat Propinsi di Kendari.

Persyaratan Peserta

A. Persyaratan Umum.
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
3. Memiliki moralitas, kepribadian dan kelakuan yang baik.
4. Memiliki kualifikasi akademik Sarjana (S1) atau Diploma 4 (D-IV)
5. Masa kerja sekurang-kurangnya 2(dua) tahun sebagai Kepala Sekolah di sekolah
yang sama.
6. Sehat jasmani dan rohani (tidak termasuk penyandang cacat).
7. Mempunyai prestasi kerja yang unggul.
8. Dapat dijadikan panutan oleh guru, kepala sekolah, teman sejawat, dan
masyarakat sekitar.
9. Memiliki komitmen dan tanggung jawab tinggi.
10. Belum pernah terkena hukuman disiplin pegawai (dibuktikan dengan surat
keterangan dari atasan/yayasan).
11. Belum pernah menjadi juara pemilihan Pengawas Sekolah Berprestasi tingkat
propinsi dan nasional.

B. Persyaratan Khusus.
1. Memiliki kompetensi kepribadian yang terpuji.
2. Memiliki kompetensi manajerial yang unggul.
3. Memiliki pemahaman wawasan pendidikan.
4. Memiliki kemampuan melaksanakan supervise yang tepat.
5. Memiliki kemapuan melakukan kegiatan social yang bermanfaat bagi sekolah,
lingkungan dan masyarakat luas.
6. Memiliki wawasan dan sikap kewirausahaan dalam mengelola kegiatan pendidikan
sebagai sumber belajar peserta didik.

Kamis, April 02, 2009

Tugas Lapangan Mahasiswa D3 TKJ AMIK Yapenas Kendari

AMIK Yapenas Kendari menurunkan kembali mahasiswanya untuk melaksananakan tugas lapangan yang ditempatkan di Kantor Dinas dan/atau sekolah yang mengutus mereka, disana para mahasiswa itu diberikan berbagai tugas tugas oleh instasi yang mengutusnys tentu yang berkaitan dengan pengelolaan Jardiknas. Di Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bau-Bau mereka diberikan tugas membantu Tim Jardiknas Kota Bau-Bau dalam rangka pemantapan pengelolaan Dapodik, padatiweb dan penyambungan koneksi internet ke klient, kemarin Selasa 31 Maret 2009 mereka telah memasang antenna radio penangkap disalah satu klient jardiknas Kota Bau-Bau dan hari Jum’at 3 April 2009 mereka akan menyambung akses internet kebeberapa sekolah di Pulau Makasar. Berikut ini beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh Mahasiswa AMIK Yapenas utusan Kota Bau-Bau yang terdiri dari Dino Suprianto Agus, Meis Safitridan Mulianawati Mesra (Mahasiswa Utusan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bau-Bau), Gafar dan Wa Jayanti utusan Sekolah dipandu oleh Tehknisi Tim Jardiknas Kota Bau-Bau La Ode Aliharu, S.Pd.

Kamis, Maret 19, 2009

Program Makanan Tambahan di Sekolah



Penyelenggaraan program dan kegiatan pendidikan di daerah mengacu pada permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Tata Pengelolaan Keuangan di daerah. Program pendidikan meliputi 1) Pendidikan Anak Usia Dini; 2) Wajib Belajar 9 Tahun; 3) Pendidikan Menengah; 4) Pendidikan Luar Sekolah; 5) Pendidikan Luar Biasa; 6) Peningkatan Minat Baca dan Perpustakaan; 7) Peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan dan 8) Pengembangan manajemen dan Akuntabilitas. Dalam pelaksanaannya masimg-masing program mengacu pada tiga pilar kebijakan pemerintah (Depdiknas) yaitu 1) Perluasan dan pemerataan pendidikan; 2) Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan; dan 3) Tata Kelola, akuntabilitas dan pencitraan Publik.
Penyelenggaraan Wajib Belajar 9 Tahun khususnya dibidang Pemerataan dan perluasan pendidikan sejak tahun 2007 Kota Bau-Bau telah mencapai APK 96,72 melampaui target nasional 96,50, namun disisi lain Angka Murid Mengulang dan Murid Putus Sekolah tetap tinggi yaitu rata-rata 3,33 dan 1,78 pertahun. Tingginya angka mengulang dan putus sekolah karena kuatnya daya tarik dunia kerja artinya anak-anak yang putus sekolah lebih mengutamakan bekerja mencari uang dari pada mengikuti pendidikan di sekolah. Penyelenggaraan sekolah yang sarat dengan bidang studi dan jadwal pelajaran yang ketat hampir-hampir tidak ada ruang dan waktu bagi anak-anak untuk berinteraksi antar mereka juga tidak cukup waktu untuk berkreasi menyalurkan bakat dan minatnya melalui kegiatan di lingkungan sekolah. Pesan-pesan akhlaq mulia yang disampaikan oleh guru lewat bidang studi yang diajarkan tidak dapat ditindaklanjuti pada pergaulan di sekolah, sekolah sebagai wawasan wiyata mandala yang berperan sebagai pusat budaya yang memancarkan nilai-nilai budaya kelingkungan sekitarnya belum dapat berfungsi maksimal. Sesungguhnya kegiatan ekstra kurikuler tersebut dapat dilakukan setelah jam pelajaran usai tetapi biayanya mahal karena anak-anak harus kembali dulu kerumah lalu datang kembali ke sekolah sore hari. Dari kenyataan ini sekolah cenderung kurang daya tariknya.
Dasar pemikiran tersebut di atas mendorong pemerintah kota Bau-Bau untuk memperpanjang waktu anak-anak berada di sekolah dengan memberikan makan siang sehingga anak-anak dapat melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler di sekolah samapai shalat ashar bersama selesai lalu kembali kerumah masing-masing.


Tujuan Program pemberian makanan tambahan di sekolah yaitu mengefektifkan perluasan dan pemerataan pendidikan di Kota Bau-Bau dengan meningkatkan daya tarik sekolah dalam rangka upaya menurukan angka putus sekolah serta mengupayakan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan dengan mengefektifkan penyelenggaraan sekolah sebagai wawasan wiyatamandala yang memancarkan nilai-nilai budaya kepada lingkungan sekitarnya. Disamping itu Pemberian makanan tambahan di sekolah juga bertujuan untuk :

1) Mengurangi beban orang tua siswa dalam pembiayaan pendidikan khususnya transport dan makan siang dalam kegiatan ekstra kurikuler.
2) Pemerataan makanan bergizi bagi siswa dengan memanfaatkan produk lokal.
3) Mengurangi kebiasaan tidur siang bagi siswa yang biasa tidur siang.
4) Pemberdayaan komite sekolah.
5) Meningkatnya interaksi antar siswa, guru dan orang tua siswa.
6) Penyaluran bakat dan minat siswa yang terbimbing.
7) Siswa betah di sekolah.
8) Mendorong perputaran ekonomi daerah.
9) Peningkatan prestasi kegiatan ekstra kurikuler
10)Peningkatan Prestasi PBM.

Pemberian makan siang bagi siswa dilaksanakan mulai bulan Juli 2008. Biaya makan siang Rp 7.500 per siswa. Sebagai langka awal makan siang akan diberikan sekali dalam seminggu dan hari pelaksanaan akan ditentukan kemudian. Jumlah siswa sebagai sasaran kegiatan ini sebanyak 37.687 orang, untuk pelaksanaan sekali makan membutuhkan biaya sebesar Rp 282.652.500. Bila makan siang diberikan 15 kali pada tahun 2008 total biaya yang dibutuhkan Rp 4.239.787.500.
Program ini akan ditangani oleh Tim yang akan dibentuk kemudian. Personil Tim berasal dari unsur-unsur Sekretariat Daerah, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan Bappeda.

Hasil yang diharapkan setelah Program ini dilaksanakan, hasil yang diharapkan adalah : 1)Meningkatkan daya tarik sekolah yang diukur dengan indikator menurunnya angka mengulang dan angka putus sekolah, 2) Meningkatnya kuantitas dan kualitas kegiatan ekstra kurikuler sekolah yang diukur dengan indikator pada keberhasilan dalam berbagai lomba baik di tingkat Kota dan Propinsi maupun tingkat nasional dan internasional dan 3)Perubahan tingkahlaku siswa yang diukur dengan kesan masyarakat.

Minggu, Maret 15, 2009

Guru Sejahtera & Profesional mengantar Masa depan Bangsa

Oleh : Prof. Dr. Achmad Mubarok, M.A.

Disampaikan dalam Seminar Pendidikan yang diselenggarakan oleh Kelompok KerjaPengawasPendid ikan Kandepag Jakarta Barat, Rabu 28 Januari 2009

Pendahuluan

Pendidikan bukan hanya transfer ilmu pengetahuan, tetapi justeru transfer kebudayaan. Transfer pengetahuan atau pengajaran hanya bisa melahirkan orang pintar, tetapi belum tentu berbudaya. Kepintaran yang dimiliki oleh orang yang tidak berbudaya atau berbudaya rendah bisa menjadi ancaman bagi kehidupan manusia. Budaya adalah konsep, gagasan dan ide yang dianut oleh masyarakat dalam waktu lama dimana konsep dan gagasan itu memandu tingkah laku mereka dalam memenuhi kehidupan sehari-hari. Membudayakan manusia adalah memasukkan konsep dan gagasan agar dianut. Jika konsep berubah maka perilaku akan berubah. Pergantian orang tanpa perubahan konsep tidak akan mengubah perilaku.

Nah memasukkan konsep dan gagasan adalah pekerjaan pendidikan. Jadi pendidikan adalah kegiatan membudayakan manusia. Dalam perspektip ini maka guru menjadi sangat penting. Guru yang berbudaya tinggi akan efektip membudayakan manusia, sedangkan guru yang berbudaya rendah tidak akan efektip dalam membangun manusia yang berbudaya.

Konsep Peradaban

Kebudayaan yang bersifat kota disebut peradaban. Kota mengandung arti modern, praktis, dan efektip,sementara desa mengandung konotasi tradisionil, berliku yang oleh karena itu lambat. Nabi Muhammad s.a.w. membangun peradaban manusia dengan konsep al Madinah al Munawwarah, dari kata tamaddun dan nur. Madinah artinya kota yang penghuninya memiliki kebudayaan yang tinggi. Al munawwarah artinya yang disinari. Jadi konsep al madinah al munawwarah adalah masyarakat yang berkebudayaan tinggi yang disinari oleh wahyu.

Setiaphari dalam semua aspek kehidupannya, Nabi adalah guru, bukan hanya pengajar. Pengajar mengajarkan ilmu pengetahuan. Ukuran keberhasilan pengajar adalah jika murid yang diajar mengerti akan ilmu yang diajarkan. Tingkatan pengertian murid dapat diukur dengan nilai ujian . Guru mentrasfer perilaku kepada murid. Ukuran keberhasilan seorang guru adalah jika muridnya berperilaku seperti yang dicontohkan oleh guru.oleh karena itu guru yang berkualitas adalah yang bisa di gugu dan bisa ditiru oleh muridnya.

Proses Berlangsungnya Pendidikan

Dalam ilmuKomunikasi dikenal istilah komunikasi intra personal. Seorang murid dalam menerima informasi dari gurunya melalui tahap-tahap sebagai berikut;
a. penerimaan stimulus informasi,disebut sensasi
b. pengolahan informasi, menjadi persepsi
c. penyimpanan informasi di dalam memori, dan
d. menghasilkan kembali informasi, melalui proses berfikir.

Jadi proses komunikasi intra personal itu meliputi sensasi, persepsi, memori dan berfikir.

Tingkatan berfikir

Ada empat tingkatan berfikir, yaitu :

a. melamun
b. Berfikir
c. Tafakkur
d. Tadabbur

Penarik Perhatian

Tidak semua yang berharga menarik perhatian, terkadang yang tidak berharga jika disajikan dengan benar bisa lebih menarik dibanding sesuatu yang berharga. Seorang guru harus bisa menarik perhatrian.Jika guru tidak menarik perhatian maka efektifitas pendidikannya rendah. Ada empat faktor penarik perhatian

a. Prinsip gerakan. Gagasan harus dinamis,yang statis tidak menarik. Sesuatu yang kecil yang bergerak lebih menarik dibanding sesuatu yang besar yang diam.
b. Prinsip kebaruan. Terkadang barang lama tapi dengan kemasan baru sudah cukupmenarik. Metode harus selalu diperbaharui.
c. Prinsip Kontras. Guru harus bisa lebih menonjol, suaranya lebih keras, kursinya lebih tinggi, penampilannya paling rapih.
d. Prinsip perulangan. Sesuatu yang semula tidak menarik jika diulang-ulang bisa menjadi menarik.

Membangun Perilaku

Dari penelitian psikologi diketahui bahwa 83 % perilakumanusia dipengaruhioleh apa yang dilihat, 11 % oleh apa yang di dengar dan 6 % sisanya oleh berbagai stimulus. Jadi nasehat guru atau orang tua hanya memiliki efektifitas 11 %, nah contoh teladan yang diberikan oleh orang tua dan guru memiliki tingkat efektifitas 83 %.

Tiga Pilar Masyarakat Bermartabat

Masyarakat bermartabat adalah mereka yang dalamkehidupannya menganut kebudayaan dan etika. Pilar masyarakat beretika adalah (a) hormat kepada orang tua, (b) hormat kepada guru, dan (c) hormat kepada pemimpin. Jika dalam suatu masyarakat pemimpin tidaklagi dihormati (seperti sekarang)maka guru pun di demo olehmuridnya, dan nanti pada gilirannya orang tua juga tidak dihormati oleh anaknya. Kehormatan itu melekat pada diri setiap piorang. Orang yang terhormat tetap terhormat meski tidak dihormati. Kehormatan guru adalah mana kala hidupnya mencerminkan apa yang selama ini diajarkan kepada murid-muridnya. Guru yang terhormat tetap terhormat meski digaji kecil. Guru adalah guru,bukan sekedar instrumen pendidikan.

Guru Profesional

Masyarakat kota (peradaban modern) mengenal istilah profesional, dan guru juga dimasukkan sebagai profesi. Menurut standard Bank Dunia, ciri profesional ada tiga;

Bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikannya
Keahliannya menyebabkan ia menjadi rujukan dalam decision meaking sistem
Waktunya untukbekerja membawa implikasi nilai keuangan
Jadi guru yang profesional adalah guru lulusan sekolah guru atau fakultas pendidikan, yang diakui keahliannya oleh publik sehingga selalu menjadi rujukan setiapkali ada kasus2 yang berhubungan denganpendidikan. Karena dua hal itulah maka guru itu digaji dengan standard gaji profesional sesuai dengan golongannya. (Bandingkan gaji guru di Malaysia dengan di Indonesia).

Konsep Sejahtera
Mungkinkah dari pekerjaan sebagai guru hidupnya sejahtera ? Standard sejahtera itu berbeda-beda, ada ukuran kalori, ukuran derajat kesehatan, dan ada ukuran psikologis. Ketika tahun 1965 saya menjadiguru SD dengan gaji yang sangat minim (di kampung) saya merasa hidup saya sejahtera, tetapi ketika awalmula menjadi guru pada golongan IIIA (di Jakarta) justeru merasa tidak sejahtera. Hidup sejahtera adalah ukuran terpenuhinya standar hidup minimal disertai apresiasi dalam sistem sosial dimana ia hidup. Sosok guru Omar Bakry itu orang miskin tetapi ia masuk golongan sejahtera. Apresiasi sosial berhubungan dengan integritas guru, sistem pendidikan guru dan sistem birokrasi pemerintah. Sekarang guru belum didukung oleh sistempendidikan guru, sistem sosial dan sistem birokrasi, sehingga guru bergeser perannya dari guru menjadi instrumen pendidikan. Akibatbya banyakguru merasa hidupnya tidaksejahtera. Jika guru merasa tidak sejahtera maka
produktifitas pendidikannya rendah. Dampaknya terasa berupa demoralisasi masyarakat pendidikan, guru,orang tua dan murid.

Menggapai Masyarakat Cerdas dan Makmur

Konsep masyarakat makmur bisa diambildarihadis addunya bustanun, tuzuyyinat bikhamsati asyyaa. Jadi pilar masyarakat makmur ada lima atau enam, yaitu

derngan ilmunya ulama, yaitu konstitusinya, peraturannya, strukturnya dan sistemnya harus ilmiah
dengan keadilan umara,maksudnya pemerintah harus menjalankan peranturan secara benar
dengan kontribusi orang kaya, yakni berlakunya sistim sosial bahwa di dalam harta si kaya ada hak orang miskin. Wafi amwalihim haqqun lissaili wal mahrum.
dengan kejujuran pengusaha, yakni trust harus terbangun melalui pengawasan yang ketat dari umara.
dengan doa orang miskin, yakni orang miskin tidak dendamkepada orang kaya, tetapi malah mendoakan mereka.
dengan disiplin para pekerja.
Menegakkan enam pilar ini syaratnya harus ada kepemimpinan (Umara) yang kuat atau sistem (budaya) yang kuat . Guru berada dalam posisi pahlawan takdikenal. Perannya penting tetapi sering terlupakan. Tetapi tidak ada kebenaran yang hilang.Pada akhirnya guru yang dedikatip akan memperoleh apresiasi hingga ke anak cucunya.

Guru Madrasah

Madrasah merupakan sistem pendidikan yang sudah tua di Indonesia, tetapi kurang bisa mengikuti dinamika zaman, karena warisan psikologis periode penjajahan dimana ulama melakukan konfrontasi budaya dengan Belanda yang mewakili budaya modern. Dibutuhkan kesadaran yang kuat untyuk kembali mengangkat mutiara-mutuara pendidikan madrasah dari lumpur modernisasi dan globalisasi Insyaaaaloh kita bisa asal mau bekerja sama karena hanya dengan bersama kita bisa.

Wallohu almuwaffiq ila aqwam al thoriq.

Senin, Januari 26, 2009

HASIL RAPAT EVALUASI PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA BAU-BAU Tanggal 19 – 22 Januari 2009


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bau-Bau merupakan penjabaran visi, misi, dan program kerja Walikota yang terpilih dalam pemilu untuk lima tahun mendatang dan akan menjadi pedoman bagi SKPD menyusun Renstra SKPDnya. Dinas Pendidikan Pemudan dan Olahraga (dulu bernana Dinas Pendidikan dan Kebudayaan) Kota Bau-Bau sebagai salah satu SKPD yang bertugas untuk membantu Walikota dalam penyelenggaraan pembangunan dibidang pendidikan telah menyusun Renstra 2002-2006 sebagai arah dan pedoman pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Dalam penyusunan Renstra melibatkan berbagai pihak yang terkait demikian pula dalam evaluasi pelaksanaannya.

Evaluasi pelaksanaan Renstra Dinas Pendidikan Pemuda dan olahraga kota Bau-Bau dilaksanakan secara rutin pada tiap tahuin berjalan dalam suatu forum Rapat Evaluasi dan Pemantapan (EVTA) yang bertujuan untuk melihat kembali capaian terhadap kesesuaian pelaksanaan rencana, program dan kegiatan yang telah ditetapkan dan ketercapaian sasaran pelaksanaan program tahunan. Alat ukur yang digunakan dalam evaluasi ini adalah milestones (tonggak-tonggak) penyelenggaraan pendidikan nasional yang menyangkut target-target yang akan dicapai dan indicator keberhasilan penyelenggaraan pendidikan.
Pada Rapat Evalusi dan Pemantapan (Evtap) yang dilaksanakan pada tanggal 19 – 22 Januari 2009 bertempat di Aula MAN Bau-Bau Dinas Pendidikan Pemudan dan Olahraga Kota Bau-Bau melaporakan semua hasil pelaksanaan program yang telah dilaksanakan pada periode RPJM Tahap 1 dan hasil yang dicapai pada tahun pertama pelaksanaan program pada RPJM Tahap II.

Hasil-hasil evaluasi yang akan disampaikan pada kesempatan ini hanya hasil pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Program Wajib Belajar Sembilan Tahun, dan Program Pendidikan Menengah, sementara hasil-hasil pelaksanaan Program lainnya akan disampaikan secara terpisah melalui web ini pada postingan berikutnya. misalnya Program Pendidikan Luar Sekolah, Program Pendidikan Luar Biasa, Program Peningkatan kualitas baca dan perpustakaan, Program Peningkatan Tenaga Pendidik dan Kependidikan dan Program Pembinaan Pemuda dan Keolahragaan. Hasil evaluasi pelaksanaan Program yang dapat dilaporkan pada kesempatan ini sebagai berikut :

1. Perluasan Dan Pemerataan Pendidikan

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
a. Target Sasaran Renstra Nasional, Angka Partisipasi Kasar (APK) Penduduk Usia PAUD (4 – 5 Tahun) Sudah Harus Tertamnpung Di Lembaga Pendidikan PAUD (TK/RA) Pada Tahun 2009 Sebesar 45%. Kondisi Nyata Di Kota Bau-Bau pada tahun 2006 telah mencapai 40,66%, tahun 2007 mencapai 41,27% dan tahun 2008 mencapai 43,10% Masih terdapat kesenjangan (kurang) 1,90%.

Wajar sembilan tahun
a. Target sasaran renstra nasional, Angka Partisipasi Murni (APM) penduduk Usia 7-12 Tahun masuk SD/MI pada tahun 2009 sebesar 94,48%. Kondisi nyata di Kota Bau-Bau pada tahun 2006 baru mencapai 87,89%, tahun 2007 mencapai 89,46% dan tahun 2008 mencapai 92.00 masih terdapat kesenjangan (kurang) 2.48%.
b. Target sasaran renstra nasional, Angka Partisipasi Kasar (APK) penduduk usia 13 – 15 tahun masuk SMP/MTs pada tahun 2009 sebesar 95%. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 telah mencapai 96,75%, tahun 2007 97,07% dan tahun 2008 97,69% maka telah melampaui target sebesar 2,69%.

Pendidikan Menengah
a. Target sasaran renstra nasional, Angka Partisipasi Murni (APM) penduduk usia 15 – 18 tahun masuk SMA, MA dan SMK pada tahun 2009 sebesar 62,50%. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 telah mencapai 82,27%, tahun 2007 sebesar 78,96 dan tahun 2008 mencapai 79,07% telah melampaui target sebesar 7,07%.



2. Peningkatan Mutu

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
a. Target sasaran renstra nasional, kebutuhan guru untuk TK/RA pada tahun 2009 terpenuhi 25%. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 telah mencapai 18,00%, tahun 2007 18,05% dan tahun 2008 mencapai 18,10%, terdapat kesenjangan (kurang) sebesar 6,90%.
b. Target sasaran renstra nasional, 75% sarana TK/RA memenuhi Standar Nasional Pendidikan pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 baru mencapai 5,45% tahun 2007 sebesar 5,52% dan tahun 2008 mencapai 5,55%, terdapat kesenjangan (kurang) sebesar 69,45%.

Wajar sembilan Tahun
a. Target sasaran renstra nasional, rata-rata Nilai Ujian Nasional SMP/MTs pada tahun 2009 sebesar 6,00. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 telah menacapai rata-rata 6,25, Tahun 2007 mencapai 6,35 dan tahun 2008 mencapai 6,95 tetelah melampaui target sebesar 0,95.
b. Target sasaran renstra nasional, 30% SD/MI memiliki perpustakaan pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 dari 70 SD/MI yang memiliki perpustakaan baru 2 SD/MI, tahun 2007 terdapat 3 SD/MI dan tahun 2008 terdapat 8 SD/MI masih ada kesenjangan (kurang) 62 SD/MI (23%).
c. Target sasaran renstra nasional, 80% SMP/MTs memiliki perpustakaan pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 dari 25 SMP/MTs yang memiliki perpustakaan baru 13 SMP/MTs, tahun 2007 baru 13 SMP/MTs dan tahun 2008 terdapat 15 masih ada kesenjangan (kurang) 10 SMP/MTs.
d. Target sasaran renstra nasional, 100% SMP/MTs yang memiliki akses listrik menerapkan sistim based learning pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 dari 21 SMP/MTs yang menerapkan Sistim Based Learning baru 10 SMP/MTs dan tahun 2007 12 SMP/MTs dan tahun 2008 terdapat 13 SMP/MTs kesenjangan (kurang) 8 SMP/MTs.
e. Target sasaran renstra nasional, setiap Kab/Kota memiliki minimal 1 SD/MI, 1 SMP/MTs rintisan bertaraf internasional. pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006, 2007 dan 2008 belum memiliki sekolah rintisan bertaraf internasional.
f. Target sasaran renstra nasional, setiap siswa (100%) memiliki buku teks pelajaran untuk mata pelajaran yang diUANkan pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 baru mencapai 20% dan tahun 2007 mencapai 40% dan tahun 2008 mencapai 60% terdapat kesenjangan (kurang) 40%.

Pendidikan Menengah
a. Target sasaran renstra nasional, rata-rata Nilai Ujian Nasional SMA/MA/SMK pada tahun 2009 sebesar 6,00. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 hanya mencapai rata-rata 5,70 tahun 2007 mencapai 5,72 dan tahun 2008 mencapai 6,24 telah melampaui target sebesar 0,24.
b. Target sasaran renstra nasional, 100% SMA/MA/SMK memiliki perpustakaan pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 dari 21 SMA/MA/SMK yang memiliki perpustakaan baru 8 SMA/MA/SMK, tahun 2007 ada 8 SMA/MA/SMK dan tahun 2008 ada 10 SMA/MA/SMK terdapat kesenjangan (kurang) 11 SMA/MA/SMK.
c. Target sasaran renstra nasional, kualifikasi guru berpendidikan S1/D4 pada tahun 2009 sebesar 32% Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 baru mencapai 87%, tahun 2007 mencapai 88% dan tahun 2008 mencapai 88,02% terdapat kesenjangan (lebih) sebesar 56,02%.
d. Target sasaran renstra nasional, kondisi bangunan sekolah dalam keadaan baik pada tahun 2009 sebesar 100%. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 hanya kondisi bangunan sekolah dalam keadaan baik baru mencapai 77%, tahun 2007 mencapai 78% dan tahun 2008 mencapai 78,2% terdapat kesenjangan (kurang) sebesar 21,8%.
e. Target sasaran renstra nasional, kebutuhan sarana pembelajaran di sekolah pada tahun 2009 memadai/terpenuhi (100%),. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006, tahun 2007 dan tahun 2008 masih kurang (belum memadai).
f. Target sasaran renstra nasional, perbandingan jumlah siswa SMK dengan jumlah siswa SMA/MA : 40:60. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 mencapai 25:75, tahun 2007 mencapai 24:76 dan tahun 2008 mencapai 35:65 terdapat kesenjangan (kurang).
g. Target sasaran renstra nasional, prosentase peserta pendidikan life skil terhadap lulusan SMP/MTs, lulusan SMA/MA dan lulusan SMK yang tidak melanjutkan sebesar 8,60%. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 hal ini belum tergarap dengan baik.
h. Target sasaran renstra nasional, minimal unit usaha berpasangan dengan setiap SMK pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006, tahun 2007 dan tahun 2008 belum melaksanakan program ini.
i. Target sasaran renstra nasional, setiap Kab/Kota memiliki minimal satu SMK rintisan berbasis keunggulan lokal atau bertaraf internasional pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006, tahun 2007 dan 2008 belum melaksanakan program ini.
j. Target sasaran renstra nasional, setiap Kab/Kota memiliki minimal satu SMA rintisan bertaraf internasional pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006, tahun 2007 dan tahun 2008 belum melaksanakan program ini.
k. Target sasaran renstra nasional, 100% SMA/MA/SMK yang memiliki akses listrik menerapkan sistim based learning pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 dari 21 SMA/MA/SMK yang menerapkan Sistim Based Learning baru 1 SMA/MA/SMK dan tahun 2007 2 SMA/MA/SMK dan tahun 2008 terdapat 3 SMA/MA/SMK terdapat kesenjangan (kurang) 18 SMA/MA/SMK.
l. Target sasaran renstra nasional, Terbangunnya sistim penjaminan mutu guru dan aspek yang mebinan colon pemenang olimpiade internasional pada tahun 2006. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 sudah terbentuk organisasinya dan tahun 2007 telah melaksanakan kegiatan.

3. Tata kelola dan pencitraan publik

Pendidikan Anak Usia Dini

a. Target sasaran renstra nasional, 50% Komite Sekolah TK berfungsi dengan baik pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau sampai tahun 2008 Komite Sekolah (TK/RA) telah terbentuk 100% namun pelaksanaan tugas dan fungsinya belum maksimal.

Wajar 9 tahun
a. Target sasaran renstra nasional, 50% Komite Sekolah (SD/MI) berfungsi dengan baik pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau sampai tahun 2008 Komite Sekolah (SD/MI) telah terbentuk 100% namun pelaksanaan tugas dan fungsinya belum maksimal
b. Target sasaran renstra nasional, 40% SD/MI melaksanakan MBS dengan baik pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau sampai tahun 2008 Sekolah (SD/MI) 100% telah melaksanakan MBS, namun pelaksanaannya belum maksimal.
c. Target sasaran renstra nasional, 70% SMP/MTs melaksanakan MBS dengan baik pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau tahun 2008 semua SMP/MTs telah melaksanakan MBS, namun pelaksanaanya belum maksimal.

Pendidikan Menengah
a. Target sasaran renstra nasional, 100% SMA/MA/SMK melaksanakan MBS dengan baik pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2008 dari 21 SMA/MA/SMK yang telah melaksanakan MBS dengan baik baru 8 SMAMA/SMK (38,09%) dan tahun 2007 mencapai 10 SMA/MA/SMK (47,62%) dan tahun 2008 ada 12 SMA/MA/SMK (57,14%) terdapat kesenjangan (kurang) 9 SMA/MA/SMK (42,86%) belum melaksanakan dengan baik
b. Target sasaran renstra nasional, 50% Komite Sekolah berfungsi dengan baik pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 dari 21 Komite Sekolah (SMA/MA/SMK) yang telah berfungsi dengan baik baru 8 komite (38,09%), tahun 2007 terdapat 12 komite (57,14%) dan tahun 2008 terdapat 13 komite (58,34%) terdapat kesenjangan (kurang) 8 komite belum berfungsi dengan baik
c. Target sasaran renstra nasional, Dewan Pendidikan Kab/Kota berfungisi dengan baik pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 dan tahun 2007 baru berfungsi sekitar 25% terdapat kesenjangan (kurang) 75% belum melaksanakan fungsinya dengan baik
d. Target sasaran renstra nasional, Jaringan (net working) litbang di semua propinsi/Kb/Kota serta tingkat Intenasional terlaksana pada tahun 2007. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 sebagai tahap persiapan telah melaksanakan sosialisasi dan tahun 2007 telah mempersiapkan SDM analis/peneliti pendidikan sebanyak 2 orang dan tahun 2008 belum menindaklanjuti kegiatan itu.
e. Target sasaran renstra nasional, Pangkalan data dan informasi pendidikan berbasis website (internet) Kab/Kota efektif pada tahun 2008. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 sebagai tahap persiapan telah melaksanakan sosialisasi dan tahun 2007 telah terbangun perangkat pendukung (komputer, jaringan LAN dan jaringan internet) dan tahun 2008 telah tersambung ke 38 sekolah namun fungsinnya baru pelaksanaan e-administrasi dan belum menyentu e-pembelajaran.
f. Target sasaran renstra nasional, on-line sistim administrasi pengawasan (ICT) efektif pada tahun 2007. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 sebagai tahap persiapan telah melaksanakan sosialisasi dan hingga tahun 2008 belum terlaksana.
g. Target sasaran renstra nasional, terwujudnya transparansi dan akuntabilitas publik dalam bentuk laporan kinerja tahunan pada tahun 2006. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006 dan tahun 2007 telah menyampaikan laporan profil pendidikan kota Bau-Bau, Statistik pendidikan dan melaksanakan Rapat Evaluasi dan pemantapan program pada setiap akhir tahun yang menghadirkan stake holders pendidikan kota Bau-Bau serta menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Dinas Pendidikan.
d. Target sasaran renstra nasional, mengadakan kerjasama dengan pihak terkait dalam pengawasan dan penegakkan pada tahun 2009. Kondisi nyata di kota Bau-Bau pada tahun 2006, tahun 2007 dan tahun 2008 kegiatan ini belum dirintis.
Demikian untuk sementara dan berlanjut pada tilisan berkutnya untuk laporan pelaksanaan program lainnya.

Subair
Kabid Bina Program Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Dinas Pendidikan Kota Bau-Bau.

HARAPAN WALIKOTA BAU-BAU TERHADAP EVALUASI PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD

Pembangunan pada umumnya dimaknai sebagai suatu proses perubahan yang terencana dari kondisi yang belum memuaskan kepada kondisi yang lebih memuaskan yang dilakukan oleh individu atau kolompok. Pembangunan di lingkungan pemerintahan merupakan proses perubahan untuk mencapai harapan masyarakat yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan yang kemudian dijabarkan oleh pelaksana pembangunan itu dalam rencana program / kegiatan yang terukur dengan memperhatikan perioritas-perioritas pembanguan.

Pada rapat tatap muka Walikota Bau-Bau dengan Pejabat Struktural Lingkup Pemerintah Kota Bau-Bau tanggal 23 Januari 2009 bertempat di Aula Semerbak Palagimata, Walikota mengharapkan agar semua SKPD dilingkungan Pemerintah Kota Bau-Bau mengevaluasi pelaksanaan pembangunan di lingkungannya masing-masing kemudian hasilnya dijadikan dasar pijakan untuk pelaksanaan pembangunan selanjutnya. Ditegaskan pula bahwa setiap SKPD memahami lebih dalam pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsinya kemudian mengevaluasi pelaksanaannya. Hasil yang dicapai sampai dengan akhir tahun 2008 merupakan keberhasilan pelaksanaan pembangunan pada tahun pertama pelaksanaan pembangunan jangka menengah tahap II pemerintahan Beliau.
Rumusan Tugas Pokok dan Fungsi pimpinan dan staf SKPD masih bersifat umum, masih memerlukan jabaran lebih lanjut agar dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan masyarakat yang disepakati melalui wakil-wakilnya di DPR dan DPRD. Untuk mewujudkan itu oleh pemerintah menetapkan arah kebijakan dan perioritas pembangunan yang dalam konteks saat ini dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Pembangunan Jangka Pendek (Rencana Tahunan) disertai indikator (ukuran) dan babakan target-target yang akan dicapai pada setiap babakan baik ditingkat nasional maupun tingkat daerah. Bila pimpinan dan jajaran SKPD memahami dan dapat melaksanakan ini dengan baik maka tidak sulit untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD dalam setiap babakan pelaksanaan pembangunan.
Semoga harapan walikota Bau-Bau untuk melihat hasil pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh setiap SKPD sampai dengan akhir tahun 2008 dapat terwujud dan semoga pula SKPD dapat menyajikan hasil evaluasi yang cerdas dan tepat sasaran.

Subair
Kabid Bina Program Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Dinas Pendidikan Kota Bau-Bau.